Rabu, 29 Februari 2012

Kedudukan Filologi dan Ilmu-Ilmu Lain


BAB I
A.    Latar Belakang
Sebagaimana yang telah diterangkan oleh kelompok sebelumnya bahwa Filologi merupakan satu disiplin ilmu yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan untuk mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya. Teks klasik dikaji karena menyimpan hasil budaya cetusan pikiran masyarakat dahulu (Fu’adi, 1993:4). Dengan demikian, disiplin ilmu ini diperlukan untuk mengungkap sebuah misteri dari peninggalan kuno yang berupa tulisan. Melihat definisi yang semacam ini, mengindikasikan bahwa filologi akan menemui beberapa ganjalan yang tidak bisa dijawab oleh disiplin ilmu ini sendiri. Sehingga, tidak menutup kemungkinan sebuah disiplin ilmu bersinggungan dengan disiplin ilmu yang lain.
Sehubungan dengan hal ini, maka besar kemungkinan para filolog akan menghubungkan beberapa ilmu untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat atau yang paling mendekati makna yang ada dalam suatu teks tersebut secara relefan dengan apa adanya pada masa lampau. Lebih dalam lagi, persinggungan antara filologi dan ilmu-ilmu lain lebih dikarenakan filologi adalah ilmu yang memiliki bahasan atau cakupan informasi yang kompleks dari berbagai segi kehidupan dimasa lampau, maka tidaklah sangsi bila dikatakan bahwa seorang filolog harus memahami linguistik, antropologi, paleografi, pengetahuan bahasa kuno, ilmu sastra, agama dan sejarah kebudayaan masyarakat lampau untuk memaknai karya sebagai sarana penguat penelitian. Dalam proses ini, filologi dianggap sebagai Ilmu yang membutuhkan. Sedang ketika filologi bersinggungan dengan ilmu sastra, sejarah, kebudayaan, agama, dan sebagainya. Filologi dianggap sebagai ilmu bantu untuk mengungkapkan makna dari kandungan naskah-naskah yang ada.

B.     Rumusan Masalah
Dari pembahasan yang dimunculkan, setidaknya terdapat dua masalah pokok dalam makalah ini, diantaranya adalah:
1.      Apa saja ilmu-ilmu bantu bagi filologi?
2.      Apa peran filologi bagi ilmu-ilmu lain?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kedudukan Filologi diantara Ilmu-ilmu yang lain
Filologi memiliki hubungan yang erat dengan objek penelitiannya. Mereka memiliki hubungan berbandinng lurus dan saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini terjadi apabila kita menyadari bahwa objek kajian dari filologi merupakan naskah-naskah kuno. Sehingga, filologi membutuhkan bantuan dari ilmu lain untuk memaknai suatu teks penelitian. Begitu juga dengan ilmu lain yang membutuhkan filologi sebagai ilmu bantu.

B.     Ilmu Bantu Filologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa filollogi adalah disiplin ilmu yang membahas mengenai naskah-naskah kuno dan untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Filologi membutuhkan ilmu-ilmu bantu yang  erat kaitannya dengan bahasa dan beberapa ilmu pendukung baik dari ilmu sosial sampai agama.
1)      Ilmu Linguistik
               Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah yang muncul pertama kali pada tahun 1808 dalam majalah ilmiah yang disunting oleh Johan Severin Vater dan Friedrich Justin Bertuch (Kridalaksana. 2011:114). Sedangkan hubungan antara filologi dan linguistik tercermin dari objek kajiannya, bahasa. Manakala filologi mencari makna dari suatu teks yang  pada dasarnya adalah bahasa maka filologi membutuhkan linguistik sebagai upaya untuk memaknai bahasa masa lampau dengan berbagai keunikannya.
               Kemudian, ada beberapa cabang linguistik yang dipandang dapat membantu filologi dalam pengkajian naskah. Pertama, etimologi yang berfungsi untuk mempelajari asal muasal sejarah kata. Kedua, sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang menelaah korelasi dan saling berpengaruhnya antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Ketiga, stilistika merupakan ilmu yang mencermati gaya bahasa sastra sehingga filologi akan terbantu untuk mengetahui berapa usia teks tersebut.




2)      Pengetahuan Bahasa-Bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks.
         Dalam bidang ini, seorang filolog harus mampu menguasai atau mengetahui bahasa-bahasa yang sering terdapat dalam naskah kuno yang dapat mempengaruhi suatu teks. Semisal dalam sebuah naskah kuno dalam ranah Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Terutama adalah bahasa Sansekerta dan Arab. Kedua bahasa ini akan memudahkan seorang filolog untuk menguraikan makna suatu naskah nusantara.
Semisal bahasa Sansekerta yang banyak dijumpai dalam naskah cerita fiksi atau berupa epik Ramayana, mahabarata, dan Sang Hyang Kamahayanikan. Sedang dalam bahasa arab akan kita temui dalam karya melayu kuno seperti karangan Hamzah Fanzuri, Nuruddin Arraniri, Abdurauf Asssingkeli dan lain-lain. Dalam karya ini, mereka menggunakan bahasa Arab yang menguraikan banyak hal mengenai agama Islam yang memiliki bentuk tanpa syakal atau berharokat.

3)      Paleografi
Dari beberapa ilmu pendukung dalam pembahassan filologi, paleografi merupakan ilmu yang wajib dimiliki oleh seorang filolog dikarenakan ilmu ini membahas mengenai tulisan-tulisan kuno. Sedangkan hubungan antara keduanya adalah pengkajian mengenai penjabaran tulisan-tulisan kuno baik dalam prasasti, batu atau pun logam. Lebih lanjut, paleografi akan membantu dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tersebut. Hal ini sangat penting karena indikator-indikator yang muncul dari tulisan tersebut akan memberikan titik terang tentang siapa pengarang tulisan tersebut. Selain itu, hal yang tidak boleh dilewatkan adalah pengamatan anatomi dari tulisan itu sendiri seperti ukuran, bahan naskah, tinta, panjang dan jarak baris dalam tulisan.
Dalam sejarah Asia tenggara, ada pula tulisan kuno yang dikembangkan di Nusantara dulu. Tulisan itu adalah tulisan yang disebut Palawa. Tulisan ini dibagi menjadi 2 ciri, palawa awal dan palawa lanjut. Palawa awal menunjukkan adanya pengaruh dari India Selatan dan Sri Langka di abad ke-3 hingga abad ke-5. Sedang palawa lanjut, dimulai pada abad ke-7 dan 8.
4)      Ilmu Sastra
Dalam peradaban nusantara banyak sekali karya fiksi yang mengarah kepada karya sastra. Karya sastra ini lebih didominasi dengan karaya yang bergenre jenaka atau pelipur lara, berbingkai. Selain itu, ada pula cerita pewayangan yang menggambarkan kisah kehidupan manusia yang tercermin dari khasanah agama Islam. Tentunya, itu semua membutuh kan pendekataan yang signifikan untuk mengetahui secara pasti makna dari kisah-kisah tersebut.
Untuk itu, pendekatan yang dirasa baik dan tepat adalah 4 pendekatan milik Abrams (1953) oleh Teeuw (1980) yang dianggap oleh Wellek dan Waren sebagai 3 pendekatan ekstrinsik dan 1 pendikatan intrinsik.
a.       Pendekatan Mimetik         : Suatu pendekatan yang lebih mengutamakan aspek-aspek referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan dunia nyata.
b.      Pendekatan pragmatik      : Pendekatan yang mengutamakan respon atau pengaruh suatu teks terhadap pembaca  atau pendengar.
c.       Pendekatan ekspresif        : Suatu pendekatan yang menitik beratkan penulis karya sastra sebagai penciptanya yang mengandung banyak arti didalam karyanya terutama dalam eksperi dan emmosii pengarang.
d.      Pendekatan objektif          : Pendekatan yang mengkaji naskah tersebut tanpa melihat asal muasal naskah tersebut.
Akan tetapi, para sastrawan modern mendapati suatu pendekatan yang disebut pendekatan represif. Pendekatan ini lebih menonjolkan seberapa besar tanggapan pembaca terhadap karya yang ada.

5)      Ilmu Agama
Selain ilmu sastra atau  linguistik yang diperlukan dalam memaknai sebuah teks, seorang filolog pula harus mengetahui seluk-beluk tentang agama yang ada di nusantara. Seperti Hindu, Budha dan Islam. Mengingat ketiga agama ini banyak mempengaruhi budaya nusantara. Ddalam masalah ilmu bantu yang satu ini diharapkan seorang filolog dapat mengkoneksikan hubungan antara pengaruh agama dalam sebuah naskah seperti yang tercitra dalam naskah Brahmadapura yang menjadi kitab panutan pemeluk agama Hindu.
Lebih lanjut, Dari sejumlah 5.000 naskah Melayu yang telah berhasil dicatat oleh Ismail Hussein dari perpustakaan dan museum berbagai Negara yang terdiri dari 800 judul, 300 judul diantaranya berupa karya-karya dalam bidang ketuhanan (Baried, 1994:23).  Dalam pernyataan ini menandakan bahwa ilmu tentang agama memiliki peran penting dalam pengkajian filologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan isi dari suatu naskah.

6)      Sejarah Kebudayaan
Penguasaan Sejarah Negara bagi seorang filolog akan membantu dalam meruntutkan sejarah dan kebudayaan yang telah ada secara runtut dan historis. Melalui sejarah kebudayaan, kita dapat mengetahui seberapa jauh kebudayaan yang tumbuh dan berkembang pada waktu itu. Hal ini, sangat berbanding lurus dengan seberapa hebat karya yang mereka lahirkan.

7)      Antropologi
Secara singkat disebutkan bahwa antropologi ialah penyelidikan terhadap manusia dan kehidupannya (Partanto, 2001:44). Dari pengertian yang ada, maka dapat dikaitkan dengan filologi  bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari adanya kebudayaan dan filologi mengkaji salah satu budaya dari manusia yang berbentuk naskah. Dalam hal ini, antropologi lebih menekankan penelitian bagaimana manusia menyikapi naskah yang telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang.

C.    Filologi sebagai Ilmu Bantu Bagi Ilmu-Ilmu Lain
Sebuah karya baik sastra atau tidak merupakan cerminan keintelektualan masyarakatnya. Hal inilah yang berusaha dikaji oleh filologi dalam menelaah tiap naskah kuno yang ada sebagai objek kajiannya. Hasil penyelidikan ini, dapat pula digunakan untuk mengamati adat istiadat masyarakat tempo dulu yang bisa digunakan sebagi data pengkajian ilmu-ilmu lain. Dengan kata lain, filologi menyajikan beberapa data yang telah disortir berdasarkan kandungan naskah itu sendiri dan mengelompokkannya. Sedang beberapa ilmu yang menjadikan filologi sebagai ilmu bantu ialah ilmu sejarah, ilmu kebudayaan, ilmu agama, ilmu adat istiadat, dll.

1.      Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
Diatas tadi telah dijelaskan bahwa karya nusantara sangatlah banyak dan sebagian besar dari karya yang lahir merupakan karya sastra kuno atau tradisional. Dari karya yang ada, filologi berperan untuk menelaah lebih dalam tentang kandungan karya tersebut dan mengelompokkannya dalam sub-bagian yang mempermudah khalayak untuk membacanya. Dari hal tersebut, para sastrawan yang mumpuni saat ini menggunakannya untuk menyusun sebuah sejarah sastra atau teori sastra.

2.      Filologi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan
Dalam hal ini filologi berperan untuk mengangkat khazanah atau suri tauladan ruhaniyah nenek moyang yang termaktub dalam sebuah naskah baik berupa adat istiadat, kesenian ataupun kepercayaan. Nantinya, hal ini akan menjadi bahan pembelajaran bagi ilmu sejarah kebudayaan. Dalam perjalanannya, beberapa kebudayaan telah punah atau hilang karena tidak ada penerus dalam pelaksanaannya.Maka, filologi dianggap penting untuk membatu ilmu ini untuk mengungkap khazanah kuno yang masih terendap dalam naskah.

3.      Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah
Fungsi utama filologi dalam ilmu ini ialah pendukung atau rujukan sebuah fakta baru. Rujukan yang dimaksud disini adalah terungkapnya sebuah karya yang memuat suatu penjelasann tentang suatu daerah atau benda. Semisal, ditemukannya Negarakretagama, Babad Tanah Jawi, Pararaton dan sebagainya. Naskah-naskah yang ada ini akan dijadikan sebuah petunjuk untuk mencari tahu kehidupan masa lampau di Nusantara, sekaligus menjadi rujukan primer.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filolologi merupakan ilmu yang objek kajiannya adalah naskah masa lalu. Hal ini secara tidak langsung telah membuka informasi dan cakupan bahasan yang luas.  Alasan ini lah yangmenjadikan filologi tidak bisa berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu yang bisa menjawab semua pertanyaan. Akhirnya, filologi membutuhkan persinggungan dari disiplin ilmu laiun untuk mjenjawab semua pertanyaan yang tidak mampuu dia jawab. Beberapa disiplin ilmu adalah ilmu sejarah, sastra, budaya, agama, linguistik, paleografi, dan antropologi.
Dari disiplin ilmu yang ada, sebenarnya ilmu linguistik pernah mengakui bahwa filologi adalah ilmu linguistik. Akan tetapi, pada sekitar abad ke-19 linguistik memisahkan ilmu ini sendiri. Mengingat filologi lebih mengutamakan bahasan teks atau tulis, sedangkan linguistik memiliki bahasan yang tak hanya terkait dengan tulisan, tapi juga bahasa lisan. Sedang Verhaar menyatakan bahwa seorang filolog cukup mengenal sedikit linguistik saja, sudah akan membantu untuk mendalami filologi.  
Selanjutnya, dari objek kajian yang filologi miliki telah menghasilkan produk yang dapat digunakan oleh disiplin ilmu lain untuk membantu mereka dalam pencarian jawaban, manakala disiplin ilmu tersebut tidak bisa menjawabnya. Dalam posisi ini, filologi dianggap sebagi ilmu yang membantu dalam disiplin ilmu yang lain. Beberapa ilmu itu ialah ilmu dalam pengkajian sastra, sejarah, budaya, agama dan lain-lain. Dari produk filologi itulah yang akan mengembangkan disiplin ilmu yang telah disebut.
Kemudian, penulis juga menyakini bahwa filologi dan ilmu bantu yang telah disebutkan memiliki hubungan timabal balik. Semisal, ketika filologi membutuhkan 5 ilmu  bantu untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab olehnya, maka pada waktu sama filologi juga dapat digunakan oleh 5 ilmu lain.  
                   by: M. Hisyam Maliki



DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Fu’adi. 1993. Filologi Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga.

Baried, Siti Baroroh, et. 1994, Pengantar Teori Filologi. Yogayakarta: Badan Penelitian dan
Publikasi Fakultas Seksi Filologi Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.

Mirzaindie. 2009. “Kedudukan Ilmu Filologi dengan Ilmu Lain”. dalam
http://mirzaindie.blogspot.com diunduh Senin, 27 Februari 2012, pukul 15.22 WIB.

Kridalaksana, Harimurti, 2011, Kamus Linguitik edisi 4. Jakarta : PT. Gramedia Utama.

Partanto, Puis. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Arkola: Surabaya.

Verhaar, 2010, Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.

1 komentar:

  1. Apakah linguistik tdk termasuk ilmu yang dibantu filologi ?

    BalasHapus